Dayak Dusun Deyah (Deah) by Fendy Permadi
Dusun Dayak Deyah (Deah), sometimes referred to as the Dayak tribe Tabalong. Deyah Dusun Dayak is one of a group of clumps Ot Danum, which is part of the Kingdom of clumps Barito Dayak group who inhabit hamlet in the district of Mount Riut Upau, Muara UYA and Haruai located in the northern part of the district of South Kalimantan province Tabalong. Deyah Dusun Dayak population was estimated at 30,000 jiwa.Istilah "deyah" in Hamlet Deyah, means "no". This term is similar to the word "he" in the Dayak language Ngaju which also means "no". According to the story the term "deyah" first appeared as they reject Islam, by saying "deyah" which means "no". For those accepted religion "Islam" means to "Banjar", like that of several other Dayak families who took off to "Dayak" and became his Banjar Malays. Today most of the Dayak community Deyah Hamlet has embraced Christianity and others embraced Islam, but as a recognition of the Dayaks keep them maintained. Deyah Dusun Dayak communities have ethnic religion that has been practiced since the time of their ancestors, namely religion Kaharingan, the local government put in Hindu religious groups, so this religion is sometimes referred to as the Hindu religion Kaharingan. Today most of the Dayak community Deyah Hamlet has embraced Christianity, and a few others who often mingle with ethnic Banjar had converted to Islam. Dayak ethnic group nearby hamlet Deyah is Taboyan and Dayak Dayak Lawangan. They may also still associated with kinship Dayak Maanyan located in Central Kalimantan, because of the tradition, culture and language there are some districts kesamaan.Di Tabalong, Deyah Dusun Dayak customary land is divided into 2, namely: Regional Indigenous Village Ten, covering sub- Upau, Haruai, Indigenous Ara.Wilayah Star Muara UYA and Jaro including minority Dayak village Lawangan in Binjai, but the head was taken from the indigenous Dayak-majority village in the district Deyah tersebut.Adat Village Ten is a term used to refer to the rules custom binding in 10 villages located in the district Ara Stars, Haruai and Upau. 10 to the village is an integral territory of the tribe Dayak Dayak village Deyah led by a Head of Indigenous Village Ten, which includes the village Pamintan Kingdom, Damboeng Kingdom, Kaong, Upau Jaya, Pangelak, Damboeng Suring, Rumbia River, Kinarum, Saradang, Yellow flowers and Nawin. Dusun Dayak indigenous peoples Deyah today began life in some agricultural areas, such as planting some crops, including vegetables perennials. They also maintain some farm animals. Beyond these activities, at the moment there is no routine, they use forest products to meet the needs of their families. Other activities such as hunting, fishing and others.
sub-indonesia : Suku Dayak Dusun Deyah (Deah), kadang disebut juga sebagai suku Dayak Tabalong. Suku Dayak Dusun Deyah merupakan salah satu kelompok dari Rumpun Ot Danum, yang merupakan bagian dari Rumpun Barito Raya dari kelompok Dayak Dusun yang mendiami kawasan Gunung Riut di kecamatan Upau, Muara Uya dan Haruai yang terletak di bagian utara kabupaten Tabalong provinsi Kalimantan Selatan. Populasi suku Dayak Dusun Deyah ini diperkirakan mencapai 30.000 jiwa.Istilah "deyah" dalam bahasa Dusun Deyah, berarti "tidak". Istilah ini mirip dengan kata "dia" dalam bahasa Dayak Ngaju yang juga berarti "tidak". Menurut cerita istilah "deyah" ini muncul karena dahulu mereka menolak agama Islam, dengan mengatakan "deyah" yang berarti "tidak". Bagi mereka menerima agama "Islam" berarti menjadi "Banjar", seperti yang dialami beberapa keluarga dayak lain yang melepas ke "dayak" annya dan menjadi Melayu Banjar. Saat ini sebagian besar masyarakat suku Dayak Dusun Deyah telah memeluk agama Kristen dan sebagian lain memeluk Islam, tapi pengakuan sebagai orang Dayak tetap mereka pertahankan.Masyarakat suku Dayak Dusun Deyah memiliki agama ethnic yang telah diamalkan sejak zaman nenek moyang mereka, yaitu agama Kaharingan, yang oleh pemerintah setempat dimasukkan ke dalam golongan agama Hindu, sehingga agama ini kadang disebut juga sebagai agama Hindu Kaharingan. Saat ini sebagian besar masyarakat suku Dayak Dusun Deyah telah memeluk agama Kristen, dan sebagian kecil lainnya yang sering berbaur dengan etnis Banjar telah memeluk agama Islam.Kelompok etnis terdekat suku Dayak Dusun Deyah adalah suku Dayak Taboyan dan suku Dayak Lawangan. Mereka mungkin juga masih terkait kekerabatan dengan suku Dayak Maanyan yang berada di Kalimantan Tengah, karena secara tradisi, budaya dan bahasa terdapat beberapa kesamaan.Di kabupaten Tabalong, suku Dayak Dusun Deyah terbagi menjadi 2 wilayah adat, yaitu:Wilayah Adat Kampung Sepuluh, meliputi kecamatan Upau, Haruai, Bintang Ara.Wilayah Adat Muara Uya dan Jaro termasuk di dalamnya minoritas suku Dayak Lawangan di desa Binjai, tetapi kepala adat diambil dari suku Dayak Dusun Deyah yang mayoritas di kecamatan tersebut.Adat Kampung Sepuluh adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut aturan adat yang mengikat di 10 kampung yang terdapat pada kecamatan Bintang Ara, Haruai dan Upau. Ke 10 kampung tersebut merupakan satu kesatuan wilayah adat dayak dari suku Dayak Dusun Deyah yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat Kampung Sepuluh, yang meliputi desa Pamintan Raya, Dambung Raya, Kaong, Upau Jaya, Pangelak, Dambung Suring, Sungai Rumbia, Kinarum, Saradang, Kembang Kuning dan Nawin.Masyarakat adat suku Dayak Dusun Deyah saat ini mulai hidup pada beberapa bidang pertanian, seperti menanam beberapa jenis tanaman, sayur-sayuran termasuk tanaman keras. Mereka juga memelihara beberapa hewan ternak. Di luar kegiatan tersebut, di saat tidak ada kegiatan rutin, mereka memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kegiatan lain seperti berburu, menangkap ikan dan lain-lain.
Dusun Dayak Deyah (Deah), sometimes referred to as the Dayak tribe Tabalong. Deyah Dusun Dayak is one of a group of clumps Ot Danum, which is part of the Kingdom of clumps Barito Dayak group who inhabit hamlet in the district of Mount Riut Upau, Muara UYA and Haruai located in the northern part of the district of South Kalimantan province Tabalong. Deyah Dusun Dayak population was estimated at 30,000 jiwa.Istilah "deyah" in Hamlet Deyah, means "no". This term is similar to the word "he" in the Dayak language Ngaju which also means "no". According to the story the term "deyah" first appeared as they reject Islam, by saying "deyah" which means "no". For those accepted religion "Islam" means to "Banjar", like that of several other Dayak families who took off to "Dayak" and became his Banjar Malays. Today most of the Dayak community Deyah Hamlet has embraced Christianity and others embraced Islam, but as a recognition of the Dayaks keep them maintained. Deyah Dusun Dayak communities have ethnic religion that has been practiced since the time of their ancestors, namely religion Kaharingan, the local government put in Hindu religious groups, so this religion is sometimes referred to as the Hindu religion Kaharingan. Today most of the Dayak community Deyah Hamlet has embraced Christianity, and a few others who often mingle with ethnic Banjar had converted to Islam. Dayak ethnic group nearby hamlet Deyah is Taboyan and Dayak Dayak Lawangan. They may also still associated with kinship Dayak Maanyan located in Central Kalimantan, because of the tradition, culture and language there are some districts kesamaan.Di Tabalong, Deyah Dusun Dayak customary land is divided into 2, namely: Regional Indigenous Village Ten, covering sub- Upau, Haruai, Indigenous Ara.Wilayah Star Muara UYA and Jaro including minority Dayak village Lawangan in Binjai, but the head was taken from the indigenous Dayak-majority village in the district Deyah tersebut.Adat Village Ten is a term used to refer to the rules custom binding in 10 villages located in the district Ara Stars, Haruai and Upau. 10 to the village is an integral territory of the tribe Dayak Dayak village Deyah led by a Head of Indigenous Village Ten, which includes the village Pamintan Kingdom, Damboeng Kingdom, Kaong, Upau Jaya, Pangelak, Damboeng Suring, Rumbia River, Kinarum, Saradang, Yellow flowers and Nawin. Dusun Dayak indigenous peoples Deyah today began life in some agricultural areas, such as planting some crops, including vegetables perennials. They also maintain some farm animals. Beyond these activities, at the moment there is no routine, they use forest products to meet the needs of their families. Other activities such as hunting, fishing and others.
sub-indonesia : Suku Dayak Dusun Deyah (Deah), kadang disebut juga sebagai suku Dayak Tabalong. Suku Dayak Dusun Deyah merupakan salah satu kelompok dari Rumpun Ot Danum, yang merupakan bagian dari Rumpun Barito Raya dari kelompok Dayak Dusun yang mendiami kawasan Gunung Riut di kecamatan Upau, Muara Uya dan Haruai yang terletak di bagian utara kabupaten Tabalong provinsi Kalimantan Selatan. Populasi suku Dayak Dusun Deyah ini diperkirakan mencapai 30.000 jiwa.Istilah "deyah" dalam bahasa Dusun Deyah, berarti "tidak". Istilah ini mirip dengan kata "dia" dalam bahasa Dayak Ngaju yang juga berarti "tidak". Menurut cerita istilah "deyah" ini muncul karena dahulu mereka menolak agama Islam, dengan mengatakan "deyah" yang berarti "tidak". Bagi mereka menerima agama "Islam" berarti menjadi "Banjar", seperti yang dialami beberapa keluarga dayak lain yang melepas ke "dayak" annya dan menjadi Melayu Banjar. Saat ini sebagian besar masyarakat suku Dayak Dusun Deyah telah memeluk agama Kristen dan sebagian lain memeluk Islam, tapi pengakuan sebagai orang Dayak tetap mereka pertahankan.Masyarakat suku Dayak Dusun Deyah memiliki agama ethnic yang telah diamalkan sejak zaman nenek moyang mereka, yaitu agama Kaharingan, yang oleh pemerintah setempat dimasukkan ke dalam golongan agama Hindu, sehingga agama ini kadang disebut juga sebagai agama Hindu Kaharingan. Saat ini sebagian besar masyarakat suku Dayak Dusun Deyah telah memeluk agama Kristen, dan sebagian kecil lainnya yang sering berbaur dengan etnis Banjar telah memeluk agama Islam.Kelompok etnis terdekat suku Dayak Dusun Deyah adalah suku Dayak Taboyan dan suku Dayak Lawangan. Mereka mungkin juga masih terkait kekerabatan dengan suku Dayak Maanyan yang berada di Kalimantan Tengah, karena secara tradisi, budaya dan bahasa terdapat beberapa kesamaan.Di kabupaten Tabalong, suku Dayak Dusun Deyah terbagi menjadi 2 wilayah adat, yaitu:Wilayah Adat Kampung Sepuluh, meliputi kecamatan Upau, Haruai, Bintang Ara.Wilayah Adat Muara Uya dan Jaro termasuk di dalamnya minoritas suku Dayak Lawangan di desa Binjai, tetapi kepala adat diambil dari suku Dayak Dusun Deyah yang mayoritas di kecamatan tersebut.Adat Kampung Sepuluh adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut aturan adat yang mengikat di 10 kampung yang terdapat pada kecamatan Bintang Ara, Haruai dan Upau. Ke 10 kampung tersebut merupakan satu kesatuan wilayah adat dayak dari suku Dayak Dusun Deyah yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat Kampung Sepuluh, yang meliputi desa Pamintan Raya, Dambung Raya, Kaong, Upau Jaya, Pangelak, Dambung Suring, Sungai Rumbia, Kinarum, Saradang, Kembang Kuning dan Nawin.Masyarakat adat suku Dayak Dusun Deyah saat ini mulai hidup pada beberapa bidang pertanian, seperti menanam beberapa jenis tanaman, sayur-sayuran termasuk tanaman keras. Mereka juga memelihara beberapa hewan ternak. Di luar kegiatan tersebut, di saat tidak ada kegiatan rutin, mereka memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kegiatan lain seperti berburu, menangkap ikan dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar